Langsung ke konten utama

Ulah para Facebook Marketer


Tulisan ini spesial untuk menyapa kawan kuliah kakak angkatan saya mas Galang dan kawan-kawan Informatika UII, btw sudah berapa tahun kita tidak berjumpa?

Pagi kemarin setelah subuh saya membaca status mas Galang yang muncul di beranda FB. Status itu juga dipenuhi komentar yang sepertinya juga dari anak-anak UII, namun hanya beberapa yang kenal. seperti ini :


Selain status facebook itu mengingatkan saya di dunia Pemasaran (karena saya sering baca artikel marketing), tentunya juga mengingatkan kembali kepada teman-teman saya itu, bahwa kita pernah beratap kampus yang sama, huhu. Kalau dulu jalan yang kita lalui adalah sama (boulevard ulil albab UII), maka setelah lulus tentu kita melalui jalan yang berbeda, hehe. Jadi maklum, ketemunya pun cuma di facebook, itupun jarang sebenarnya. Melalui tulisan yang berawal dari sedikit wawasan ini saya menyapa anda Mas Galang dan semua kawan mahasiswa / alumni UII tentunya.

Back to the topic :
Saya tafsir yang dimaksud mas galang adalah status facebook yang jenis semacam ini (Saya kasih contoh lain, namun kira-kira masih sama tipenya) :

sumber

hehehe ini memang menarik mas. hal-hal seperti itu "ulah" para internet marketer kayaknya mas. atau paling tidak, si admin pemilik status mengerti dunia internet marketing. oke, terlepas dari isu apapun, saya coba membantu mencerahkan secara netral. walau kadang sebenarnya saya menyayangkan juga status facebook mirip seperti itu, misal membawa tema Agama dan mengait-ngaitkan pada sesuatu yang tidak pada tempatnya,padahal masih banyak cara marketing yang lebih elegan.

pertama, saya yakin kalau disini ada anak-anak internet marketing khususnya cabang facebook sangat paham tentang “status” semacam itu. sekali lagi, bisa jadi admin yang membuat “status” semacam itu paham internet marketing. upadate-an yang ada seperti itu saya menyebutnya Call To Action (CTA). Gampangnya, Status itu mengandung Suruhan/ Perintah/ ajakan. Dan mungkin yang disebut mas Sahadewa ada benarnya, bisa mempengaruhi psikologi. Kalau dari businessdictionary, Call To Action adalah : Words that urge the reader, listener, or viewer of a sales promotion message to take an immediate action, such as "Write Now," "Call Now," or (on Internet) "Click Here." A retail advertisement or commercial without a call-to-action is considered incomplete and ineffective. Google translate sendiri ya gaes :D

Contoh kasus pada status :
“klik like jika kalian sayang ibu” terus disitu dibubuhi juga foto seorang Ibu yang sudah tua renta. Nah setelah melihat itu di beranda, apa perasaan kita? bisa jadi kita-kita yang polos ini membatin “wah, aku kan sayang ibu, masa aku gak ikut nge-like sih? Ya udah like aja lah”. Wah memang pintar ya para internet marketer meng-kadal-i kita-kita ini. huhu

Perlu diketahui contoh Call To Action itu banyak sekali dan tidak cuma di status facebook, di website/blog pun sudah lazim. kata-kata seperti "Daftar Sekarang" yang beredar di website-website terkenal nasional pun sebenarnya juga Call To Action.

Kembali Ke Facebook. Lalu tujuanya apa sih mereka seperti itu? kok kayaknya senang sekali mendapat Like?
iya memang senang sih kayaknya, wkwk. begini, dalam facebook ada istilah Viral. Konten/status yang viral adalah konten yang menyebar, bisa dijangkau banyak orang. hal itu bisa terjadi karena banyak yang share, comment dan like. Semakin banyak yang nge-like atau yang komentar apalagi SHARE maka semakin banyak juga orang yang bisa melihat konten/status tersebut. Ibarat bola salju yang menggelinding, jika A nge-like, maka B melihat si A nge-like, B pun ikut nge-like, dilihat si CDEFG dst, semakin besar dan membesar, populer deh. wkwk. nah sekarang coba Kembali ke poin pertama, kalau “CALL To Action” nya berhasil, maka viral pun bisa terjadi. Jadi ringkasnya menurut terawangan saya, tujuan “Call To Action” itu untuk merangsang audience agar nge-like, komen dan berbagi hingga viral pun terjadi. Dan wajar bila seorang internet marketer mendambakan ke-viral-an, walau kadang cara mereka tidak wajar.

Lalu kenapa viral itu benar-benar diinginkan?
Saya pribadi memahami Viral itu identik dengan traffic yang tinggi, banyak orang yang menjangkau konten tersebut, dan tentunya sudah terjadi banyak interaksi disana. Studi kasus sederhana, Anggap saja pemilik “status” adalah pages toko online. maka sang pemilik bisa saja melakukan strategi soft selling, misal di akhir “status” seperti kasus diatas dia menambahkan sebuah link jualan. Bayangkan bila ada 100 likes/ 100 komen, bisa dipastikan paling tidak ada 100 orang yang membaca status tersebut. Dan misal ada 10 orang yang meng-klik link jualan tersebut dan berujung pada 1 orang yang membeli produk dari toko online tersebut, maka sejatinya itulah yang sebenarnya diinginkan dari Viral tersebut. semakin viral, semakin besar kesempatan mendapat sales.

Kasus diatas hanya contoh gampangnya saja, Tanpa strategi softselling pun sebenarnya banyak untungnya kalau sebuah “status” menjadi Viral, Seperti kemungkinan julmah Page Likes bertambah, kontak BBM bertambah, hingga juga bisa traffic itu dialihkan ke blog, dll. Siapa sih yang tidak ingin Toko Online-nya ramai? Nah, ya itulah jawaban versi saya, mengapa Viral begitu diinginkan.

Tapi jawaban saya tidak berakhir disitu, karena ada yang lebih ASYIK lagi, dan ini sangat populer sekali di dunia Periklanan Facebook. jadi Like comment Share atau interaksi yang ada distatus tadi akan sangat berguna kalau ternyata status itu terhubung dengan Facebook Ads. Kalau terjadi banyak interaksi bisa dipastikan yang punya akun facebook tidak perlu mengeluarkan kocek yang berarti ke perusahaan milik mark zuckerberg ini. Karena? Semakin viral maka iklan facebook ads semakin MURAH MERIAAAH. Konon para marketer menyebutnya dengan tehnik iklan $0,00 Huhuhu, yang ini tidak usah saya bahas bagaimana teknisnya ya wkwkwk

oiya, Perlu diketahui, tanggapan saya ini silahkan dianggap sebagai penambah wawasan dan sapaan saja. nah itu sekian pemahaman awam dari saya, kalau ada mastah disini silahkan di tanggapi, kalau ada yang salah mohon di koreksi. Semoga bermanfaat :)

Komentar