Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2014

Tifatul Sembiring yang Benci-able

Sumber Gambar : Flickr Saya banyak menemui teman fb dan twitter saya yang membenci pak Tifatul Sembiring, menteri Kominfo . Tak hanya sekarang, seingat saya sudah bertahun-tahun lalu kebencian itu saya rasakan. Entah alasanya apa, namun kadang saya menemui alasanya seperti anak kecil. Misal yang paling terkenal adalah kalimatnya “internet cepet buat apa?”. Haha, saya pribadi yang gak ngefan atau nge-hate memandang pertanyaan tersebut biasa saja. Sangat biasa. Malah secara goblog saya memahami pertanyaan itu sebuah sindiran kepada para netters yang tidak memanfaatkan internet dengan bijak. Namun ya namanya juga internet, opini warga online itu nano-nano, ramai dan macem-macem. itupun masih bisa dijabarkan lagi menjadi tanggapan wajar, tidak wajar atau sudah kurang ajar. pokoknya saya seringlah menemui tentang yang tidak wajar bahkan kurang ajar terhadap pak mentri ini. duh sejahat itukah beliau itu? seakan dia tak punya jasa? Walaupun saya tak mengikuti berita yang sudah la

antara Langka BBM dan Zombie

BBM adalah salah satu hal terpenting di sendi kehidupan manusia. jangan sepelekan hal yang satu ini, sekali terjadi ketidak seimbangan, bisa berpengaruh pada banyak aspek kehidupan. dan seperti yang kita ketahui, saat ini sedang terjadi kelangkaan BBM. pemandangan pun berubah tak seperti biasanya. kemarin saya berkendara dari solo menuju sragen, saya memang sudah antisipasi. berangkat  dari solo motor saya harus sudah full tank, maka saya pergi ke POM dekat SMA7. itu pun tidak mudah, saya harus antri panjang banget untuk mendapatkanta. ini pemandangan langka, dimana biasanya yang antri lenggang-lenggang saja. saat dalam perjalanan, saya menemui daerah sebelum masuk masaran terjadi macet. ini lumayan wajar, mengingat itu jalur utama dan karena jalanan situ memang sempit. saya kira-kira berpikir mungkin terjadi perbaikan jalan atau kecelakaan. tapi tidak, ternyata di pom bensin situ terjadi antrian pembeli BBM yang menurut saya begitu chaos. pelangganya yang antri begitu nano-nano

Prioritas yang terkecoh

dulu saat masih awal kuliah, saya sangat bersemangat mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). UKM itu semacam ekskul kalau di SMA. sampai semangatnya, bukan hanya satu dua yang saya ikuti, mungkin sampai lima. mungkin saat itu pikiran saya mumpung ada kesempatan belajar gratis, kenapa tak diambil semua? "Bisa" semua sepertinya keren, multitalent. padahal pada hakikatnya manusia itu tidak bisa seperti itu, saya sangat jarang menemui master dibanyak bidang. walaupun ada orang yang ahli dibeberapa bidang sekaligus, tapi yang mencolok biasanya hanya satu bidang saja. pada awalnya prioritas saya telah terkecoh. terkecoh oleh beberapa peluang, karena mengedepankan nafsu, jadinya tak tahu diri. dari banyak UKM yang saya ikuti tersebut akhirnya yang bertahan hanya satu, karena yang satu itu saya merasakan ada passion disitu. Ada satu cerita yang lebih menggelitik lagi, ini mengenai seseorang yang saya kenal. kami berkawan saat awal kuliah dulu, walau di semester-semester akhir

Tawarkan

Malam ini setelah menyelesaikan urusan, Saya mampir di angkringan. jujur tadi Saya tak ingin makan makanan besar (nasi/mie). Rencananya sih cuma ingin ngemil saja, karena perut dalam keadaan bimbang, Lapar? enggak! kenyang juga enggak. intinya saya yakin ini kalau tidak di isi, nanti malam bakal kelaparan. setelah melahap ubi dan pisang goreng dipadu dengan seruputan teh hangat, sebenarnya saya masih ragu dengan keadaan perut saya yang juga masih ngambang antara kenyang dan tidak. Tapi saat itu jelas, tidak terbesit untuk makan besar seperti mie atau nasi. namun, tiba-tiba ibu sang penjual memecah keheningan. ditengah keraguan yang sebenarnya tak begitu saya pikirkan, ibu itu  seakan mengucapkan kalimat penawaran yang mematikan. seingat saya beliau bilang, kira-kira intinya begini : "kamu mau mie juga nggak?", akhirnya saya kikuk, "sebenarnya sih, duh bagaimana ya untuk menjelaskan?" namun perlahan ragu yang tak berarti tadi cair hingga akhirnya saya pun luluh.