Langsung ke konten utama

Prioritas yang terkecoh

dulu saat masih awal kuliah, saya sangat bersemangat mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). UKM itu semacam ekskul kalau di SMA. sampai semangatnya, bukan hanya satu dua yang saya ikuti, mungkin sampai lima. mungkin saat itu pikiran saya mumpung ada kesempatan belajar gratis, kenapa tak diambil semua? "Bisa" semua sepertinya keren, multitalent. padahal pada hakikatnya manusia itu tidak bisa seperti itu, saya sangat jarang menemui master dibanyak bidang. walaupun ada orang yang ahli dibeberapa bidang sekaligus, tapi yang mencolok biasanya hanya satu bidang saja.

pada awalnya prioritas saya telah terkecoh. terkecoh oleh beberapa peluang, karena mengedepankan nafsu, jadinya tak tahu diri. dari banyak UKM yang saya ikuti tersebut akhirnya yang bertahan hanya satu, karena yang satu itu saya merasakan ada passion disitu.

Ada satu cerita yang lebih menggelitik lagi, ini mengenai seseorang yang saya kenal. kami berkawan saat awal kuliah dulu, walau di semester-semester akhir dia menghilang. sama seperti saya, yang saat itu sedang semangatnya menjalani kegiatan kuliah, beliau pun begitu. saat itu kami mendapat tugas dari dosen, kalau tidak salah tugas tersebut diharuskan untuk melampirkan foto berformat digital. kami para mahasiswa generasi 2007 jarang yang punya kamera digital.  tahun 2007, sebuah kamera digital adalah barang yang mewah. dan cerita yang menggelitik itu adalah teman saya rela membeli kamera digital baru hanya untuk mengerjakan tugas tersebut. bayangkan coba, mengeluarkan uang yang seingat saya 3 atau 4 juta untuk membeli kamera hanya untuk digunakan mengerjakan tugas. berarti setelah tugas selesai kamera itu untuk apa dong? hehe. saya yang miskin ini tentu terkejut mengetahui hal tersebut.

mungkin dari kisah diatas bisa muncul pernyataan,
"Ya kan untuk totalitas mengerjakan tugas"
 iya, totalitas. tapi sayang tidak efisien. bukankah bisa menyewa?

"Ya kan duitnya sendiri, namanya juga orang kaya. lagian setelah itu bisa digunakan untuk kegiatan lain."
walau sekaya apapun anda, tetap tindakan seperti itu saya tidak setuju. coba bayangkan dengan akal sehat cerita diatas. membeli barang yang fungsinya tidak benar-benar efektif untuk kehidupanya. membeli kamera hanya untuk mengerjakan tugas saja? so? are you kidding me? iya kalau kita ini mahasiswa fotografi? kita ini mahasiswa komputer men, seingat saya setelah itu tak ada lagi tugas yang pakai kamera. iya kalau harganya 100-200 ribu, itu jutaan men. bahkan setelah itu kemungkinan barang itu sering "nongkrong di gudang", ya karena tak benar-benar "berfungsi" untuk kehidupanya.

sekali lagi, saya memandang hal tersebut sebagai prioritas yang terkecoh.

saya sering menemui hal seperti ini, bahkan kadang diri ini juga terkecoh sendiri. maka dari itu, pertama-tama tulisan ini untuk saya sendiri.

Komentar